Benang Merah

Untuk Bisnis silahkan menghubungi Kami di 081213085882

Tuesday, January 21, 2020

Pieter Erbelverd dan Kampung Pecah Kulit


Tugu peringatan Pieter Erberveld tahun 1885
tugu peringatan Pieter Erberveld (1888-1889)

Pieter Erberveld adalah seorang tokoh yang tercatat pernah dihukum mati oleh VOC pada tahun 1721 karena dianggap memimpin konspirasi dan sejumlah kekacauan yang bertujuan menentang kekuasaaan VOC.

Erberveld adalah orang Indo Jerman-Siam, namun kemudian bekerja di Batavia. Nama keluarganya menunjukkan bahwa keluarganya berasal dari Elberfeld, yang sekarang menjadi bagian dari kota Wuppertal, Jerman. 

Ayahnya datang ke Batavia sebagai penyamak kulit. 

Setelah ia diangkat sebagai anggota Heemraad untuk mengurusi kepemilikan tanah di daerah Ancol, ia menjadi tuan tanah. Kekayaan ini diwariskan kepada anaknya.

Menurut versi VOC, Elberfeld bersekongkol dengan beberapa pejabat Banten di Batavia untuk membunuhi orang Belanda pada suatu perayaan pesta. 

VOC juga menuduh ia bersekongkol dengan keturunan Surapati di Jawa bagian timur. Tidak diketahui motivasi Elberfeld sesungguhnya, apakah ia memang ingin membantu orang Banten (dipimpin Raden Kartadriya) menguasai kembali Batavia, atau ia memiliki rencana sendiri, apabila Belanda enyah dari sana, karena ia sakit hati atas perlakuan Gubernur Jenderal Johan van Hoorn yang telah menyita tanahnya.

Rencana pembunuhan ini bocor karena ada budak yang melapor ke VOC. 

Versi lain mengatakan, kalau Sultan Banten-lah yang membocorkan karena ia khawatir akan pengaruh Elberfeld dan Kartadriya yang akan merongrong kekuasaannya.

Godee Molsbergen, yang menulis tentang peristiwa itu, melihat banyak kejanggalan pada tuduhan yang dialamatkan VOC terhadap Elberfeld.

Ia dihukum mati bersama dengan Kartadriya dan 17 orang penduduk asli lainnya di halaman selatan Benteng Batavia, bukan di halaman Balai Kota. 

Pelaksanaan hukuman mati itu digambarkan sangat sadis, dilakukan dengan menarik kedua tangan dan kaki, masing-masing diikat pada seekor kuda. 

Akibatnya, tubuhnya terpotong-potong. 

Hal ini dilakukan VOC untuk memberikan efek jera kepada penduduk agar tidak lagi mencoba-coba melakukan perlawanan pada mereka.

Tubuh Elberfeld dimakamkan di suatu sudut di Jalan Pangeran Jayakarta, dan kemudian didirikan suatu tugu peringatan. 

Di tugu itu dipajang tengkorak Elberfeld yang ditusuk tombak dan di bawahnya terdapat prasasti. 

Saat kedatangan Jepang 1942, tugu itu dihancurkan, namun prasastinya dapat diselamatkan. 

Replikanya kemudian didirikan kembali. 

Sejak tahun 1985 tugu itu kemudian dipindahkan ke Museum Prasasti Jakarta, karena tempat tugu itu berdiri dijadikan showroom mobil. 

Kampung tempat makam ini sekarang dinamakan Kampung Pecah Kulit. 

konon karena kulit Elberfeld terkelupas akibat hukuman itu. 

Posted by QhubiL at 8:49 PM
Email ThisBlogThis!Share to XShare to FacebookShare to Pinterest

No comments:

Post a Comment

Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)

About Me

My photo
QhubiL
View my complete profile

Blog Archive

  • ►  2021 (7)
    • ►  July (1)
    • ►  April (6)
  • ▼  2020 (210)
    • ►  November (1)
    • ►  October (26)
    • ►  September (8)
    • ►  August (42)
    • ►  March (36)
    • ►  February (35)
    • ▼  January (62)
      • Jalur Sutra (Silk Road)
      • Teaput Dome (skandal teko teh)
      • Al Capone
      • Crowley "two gun" si dua senjata
      • Sun Tzu, The Art of War & 36 Strategi
      • The Tielman Brothers
      • Prabu Kertanegara, pemimpin Kerajaan Singhasari, m...
      • Drunken Master (Jurus Mabuk)
      • Bakoel Koffie
      • Kisah penyakit Tho'un, Black Death dan Kolera di B...
      • Johny Indo
      • Jam Pasir
      • Bunga Mei Hua
      • Ang Pao
      • Dewi Kwan im
      • Ketika Hujan turun menjelang Hari Raya Imlek
      • Kumpulan Sajak
      • sejarah opium
      • Pieter Erbelverd dan Kampung Pecah Kulit
      • MARKONAH
      • RRI (Radio Republik Indonesia)
      • Sejarah Perkeretaapian Indonesia
      • Jalan Raya Pos Deandels
      • Geger Pecinan
      • Legenda Kuda Gagak Rimang
      • Arya Penangsang
      • Ratu Kalinyamat
      • Perompak Wokou
      • Kerajaan Kalingga di Indonesia
      • Orang Keling
      • BAZAR
      • Anneke Gronloh
      • Lima Sekawan
      • si Komo
      • Cerita Pengantar Tidur
      • Nina Bobo
      • Dongeng bukan hanya sekedar pengantar tidur
      • Dongeng sebelum tidur
      • Portugis menguasai Malaka
      • Portugis menyerah kepada VOC
      • Portugis hengkang dari Malaka
      • Portugis Malaka
      • kreol melayu
      • Bahasa Pijin
      • Bahasa Kreol
      • Keris
      • Punakawan
      • sejarah aksara dan penanggalan Jawa
      • kalender Jawa Sultan Agung
      • Pasaran Jawa, Pancawara, Nepto, Neptu, Weton, Padinan
      • Barongan pohon bambu
      • Tanujiwa
      • Kosa kata bahasa Indonesia dari bahasa Portugis
      • Keroncong Tugu
      • Maria Van Engels
      • Waterleiding (air ledeng)
      • Rumah Tanjung Timur (Villa Nova)
      • Cina Benteng
      • Nie ho kong
      • Tehyan
      • Casey Jones
      • BELANDA DEPOK
  • ►  2019 (1)
    • ►  December (1)
Watermark theme. Powered by Blogger.