Juga berdirinya Kerajaan Kalingga yang dirajai Ratu Sima, pada abad ke 7 di Indonesia.
Di Indonesia istilah atau perkataan orang Keling yaitu sebutan untuk orang yang berkulit hitam, biasanya ditujukan kepada orang Tamil atau orang Afrika sehingga seringkali dianggap sebuah kata makian dan sebaiknya dipergunakan dengan hati-hati, karena kata ini bernada ofensif terhadap masyarakat keturunan India di Indonesia dan Malaysia.
Asal-usul
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Suku Keling berasal dari Etnis Tamil yang berada di India bagian selatan dan juga menjadi etnis terbesar di Srilanka.
Menurut sejarah, Suku Keling datang ke Indonesia pada sekitar abad ke 19, pada mulanya etnis Tamil (sebagai etnis induk dari Suku Keling) datang dari India sebagai buruh di perkebunan tembakau di kawasan Deli, Sumatra Utara.
Kedatangan para pekerja dari India itu kemudian membuat jumlah penduduk keturunan India meningkat, sehingga lambat laun Suku Keling mulai membuat komunitas yang sekarang dikenal sebagai Kampung Keling.
Akulturasi budaya
Kedatangan Etnis Tamil ke Sumatra Utara juga membuat beberapa etnis dari India lainnya, seperti Etnis Punjab, Etnis Sikh dan Etnis Cheyytar yang ikut datang ke Indonesia, hal ini menambah keberagaman komunitas Suku Keling. Mereka juga tidak lagi hanya bekerja sebagai buruh di perkebunan tembakau saja, tetapi juga bekerja sebagai pedagang dan peternak.
Karena latar belakang India yang merupakan bagian dari kolonial Inggris, Suku Keling (khususnya yang berasal dari Etnis Sikh) juga mendirikan satu-satunya sekolah yang mengajarkan Bahasa Inggris di Sumatra Utara pada saat itu, yakni Sekolah Khalsa, dalam Bahasa Inggris juga disebut sebagai Khalsa English School.
Keberadaan Suku Keling di Sumatra Utara pada saat itu juga mendapatkan dukungan dan perlidungan dari Kesultanan Deli yang berada dibawah kekuasaan kolonial Belanda.
Keberadaan Suku Keling juga kemudian membuat proses akulturasi budaya di Sumatra Utara semakin majemuk dan beragam, hal ini ditunjukkan dengan berdirinya sebuah kuil Hindu yang diberinama Kuil Shri Mariamman yang berdiri pada 1884.
Kuil Shri Mariamman juga dikenal sebagai kuil Hindu terbesar dan termegah di Kampung Keling, bahkan warga keturunan Tamil lainnya yang bergama Hindu menjadikan kuil ini sebagai induk, sehingga kuil ini menjadi pusat aktivitas religi dan budaya.
Karena posisinya yang sangat strategis, di Kuil Shri Mariamman juga kemudian berdiri Perhimpunan Kuil Shri Mariamman sebagai wadah utama bagi komunitas Suku Keling yang beragama Hindu.
Suku Keling yang sebelumnya mayoritas beragama Hindu juga kemudian berinteraksi dengan etnis lainnya, seperti Melayu dan Arab yang beragama Islam, sehingga sebagian komunitas Suku Keling juga banyak memeluk agama Islam, hal ini ditunjukkan dengan berdirinya sebuah masjid yang bernama Masjid Ghaudiyah yang didirikan di atas tanah hibah langsung dari Kesultanan Deli.
Suku Keling juga berinteraksi dengan Etnis Tionghoa.
proses akulturasi itu juga kemudian memunculkan salah satu bangunan bersejarah yang benama Vihara Gunung Timur.
Suku Keling juga bahkan diyakini memiliki hubungan kekerabatan dengan Etnis Jawa, tepatnya yang berada di Kerajaan Kalingga, hal ini dikarenakan adanya kesamaan nama dan budaya antara Kalingga di Jawa dengan Kerajaan Kalingga yang ada di India.
No comments:
Post a Comment