Silsilah
Menurut Serat Kanda, Ayah dari Arya Penangsang adalah Surowiyoto atau Raden Kikin atau sering disebut juga sebagai Pangeran Sekar, ia adalah putra Raden Patah raja Demak pertama.
Ibu Raden Kikin adalah putri Raja Jipang, sehingga ia bisa mewarisi kedudukan kakeknya.
selain Raden Kikin, Raja Demak Raden Patah juga memiliki dua putra lagi yaitu Adipati Unus dan Raden Trenggono.
Pada tahun 1521 anak pertama Raden Patah yang bernama Adipati Unus, orang Portugis menyebutnya Pate Unus, dikenal juga sebagai Pangeran Sabrang Lor, melakukan penyerangan ke Malaka yang saat itu dikuasai Portugis.
Ia gugur dalam perang itu.
Kedua adiknya, yaitu Raden Kikin dan Raden Trenggana saling berebut tahta.
Raden Kikin memiliki 2 orang putra yang bernama Arya Penangsang dan Arya Mataram.
sedangkan Raden Trenggana memiliki putra pertama bernama Raden Mukmin atau yang disebut juga sebagai Sunan Prawoto.
Raden Mukmin membunuh pamannya yang bernama Raden Kikin sepulang shalat Jum'at di tepi sebuah sungai dengan menggunakan keris Kyai Setan Kober yang dicurinya dari Sunan Kudus.
Sejak saat itu, Raden Kikin terkenal dengan sebutan Pangeran Sekar Seda ing Lepen "Bunga yang gugur di sungai"
Sepeninggal Raden Kikin, Arya Penangsang menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Adipati Jipang.
Saat itu usianya masih anak-anak, sehingga pemerintahannya diwakili Patih Matahun.
Ia dibantu oleh salah satu senopati Kadipaten Jipang yang terkenal bernama Tohpati.
Wilayah Jipang sendiri saat ini terletak di Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Raden Trenggana naik tahta Kerajaan Demak sejak tahun 1521.
Pemerintahannya berakhir saat ia gugur di Panarukan, Situbondo tahun 1546.
Raden Mukmin menggantikan sebagai raja keempat bergelar Sunan Prawoto.
Pada tahun 1549, Arya Penangsang membalas kematian Raden Kikin dengan mengirim utusan bernama Rangkud untuk membunuh Sunan Prawoto dengan Keris Kyai Setan Kober.
Rangkud sendiri tewas saling bunuh dengan korbannya itu.
Ratu Kalinyamat, adik Sunan Prawoto, menemukan bukti kalau Sunan Kudus terlibat pembunuhan kakaknya.
Ia datang ke Kudus meminta pertanggungjawaban.
Namun jawaban Sunan Kudus, bahwa Sunan Prawoto mati karena karma. pernyataan sunan ini membuat Ratu Kalinyamat kecewa.
Ratu Kalinyamat bersama suaminya pulang ke Jepara.
Di tengah jalan mereka diserbu anak buah Arya Penangsang.
Ratu Kalinyamat berhasil lolos, sedangkan suaminya yang bernama Pangeran Hadari, terbunuh.
Arya Penangsang kemudian mengirim empat orang utusan untuk membunuh Hadiwijaya, menantu Raden Trenggana yang menjadi Adipati Pajang, namun ke empat utusan itu dapat dikalahkan Hadiwijaya dan dipulangkan secara hormat, bahkan di beri hadiah pakaian Prajurit oleh Hadiwijaya.
Kemudian Hadiwijaya, ganti mendatangi Arya Penangsang untuk mengembalikan keris Kyai Setan Kober.
Keduanya lalu terlibat pertengkaran dan didamaikan Sunan Kudus.
pada kesempatan itu, sunan kudus memberikan tuah rajah yang sedianya disiapkan untuk tempat duduk Hadiwijaya, akan tetapi atas nasihat dari salah satu punggawanya, adipati Pajang Hadiwijaya tidak menempati nya, lalu diduduki oleh Arya Penangsang, padahal sebelumnya telah di wanti-wanti oleh sunan kudus agar tidak menempati tempat yang telah di beri Tuah rajah Kalacakra itu.
Setelah Hadiwijaya pulang, Sunan Kudus menyuruh Arya Penangsang melakukan puasa 40 hari untuk menghilangkan Tuah Rajah Kalacakra.
Sayembara
Dalam perjalanan pulang ke Pajang, rombongan Adipati Pajang, Hadiwijaya, singgah ke Gunung Danaraja tempat Ratu Kalinyamat bertapa.
Ratu Kalinyamat mendesak Hadiwijaya agar segera membunuh Arya Penangsang, dirinya yang mengaku sebagai pewaris tahta Sunan Prawoto, berjanji akan menyerahkan Demak dan Jepara jika Hadiwijaya menang.
Hadiwijaya segan memerangi Arya Penangsang secara langsung karena merasa dirinya hanya sebagai mantu keluarga Demak.
Maka diumumkanlah sayembara, barangsiapa dapat membunuh Arya Penangsang, akan memperoleh hadiah berupa tanah Pati dan Mataram.
Kedua kakak angkat Hadiwijaya, yaitu Ki Ageng Pamanahan dan Ki Panjawi, mendaftar sayembara itu.
demikian juga putra kandung ki ageng pamanahan yang bernama Sutawijaya, ikut pula mendaftar dalam sayembara.
Oleh karenanya, Hadiwijaya mengerahkan pasukan Pajang dan memberikan Tombak Kyai Plered, untuk membantu Ki Ageng Pamanahan dan putra kandung nya, yaitu Sutawijaya, untuk mengalahkan Sultan Demak 5 Arya penangsang.
Kematian
Ketika pasukan Pajang datang menyerang Kotaraja Jipang, saat itu Arya Penangsang sedang akan berbuka setelah keberhasilannya berpuasa 40 hari.
Surat tantangan atas nama Hadiwijaya membuatnya tidak mampu menahan emosi.
Apalagi surat tantangan itu dibawa oleh pekatik-nya (pemelihara kuda) yang sebelumnya sudah dipotong telinganya oleh Pemanahan dan Penjawi.
Meskipun sudah disabarkan adiknya, Arya Mataram, Penangsang tetap berangkat ke medan perang menaiki kuda jantan yang bernama Gagak Rimang.
Kuda Gagak Rimang dengan penuh nafsu mengejar Sutawijaya yang mengendarai kuda betina, melompati bengawan.
Perang antara Pasukan Pajang dan Jipang terjadi di dekat Bengawan Sore.
dalam perang itu, perut Arya Penangsang robek terkena tombak Kyai Plered milik Sutawijaya.
Meskipun demikian, kesaktian yang dimiliki oleh Arya Penangsang membuatnya tetap bertahan.
Ususnya yang terburai dililitkannya pada gagang keris yang terselip di pinggang.
Arya Penangsang berhasil meringkus Sutawijaya.
Saat mencabut keris Setan Kober untuk membunuh Sutawijaya, usus Arya Penangsang malah terpotong, sehingga menyebabkan kematiannya.
Dalam pertempuran itu, Ki Matahun, patih Jipang tewas pula, sedangkan Arya Mataram berhasil meloloskan diri.
Dampak budaya
bagi masyarakat sekitar Cepu, entah itu yang berada di Kabupaten Blora, maupun Kabupaten Bojonegoro, berpendapat lain. Untaian bunga melati pada keris pengantin pria Jawa diibaratkan sebagai lambang kegagahan Arya Penangsang.
Meskipun telah terburai isi perutnya, namun Arya Penangsang tetap masih mampu tegap berdiri hingga titik darah penghabisan.
Dari perlambang itu, diharapkan sang pengantin laki-laki kelak bisa menjaga kemakmuran, kebahagiaan, keutuhan dan kehormatan rumah tangga, meski dalam keadaan kritis seperti apa pun.
Seperti halnya Arya Penangsang yang tetap memegang prinsip hingga ajal tiba.
No comments:
Post a Comment