Friday, January 24, 2020

Ang Pao

     Dalam kebudayaan masyarakat Tionghoa, Ang Pao adalah bingkisan dalam amplop merah yang berisikan sejumlah uang sebagai hadiah menyambut tahun baru Imlek

Laisee.jpg




     Istilah Ang Pao dalam kamus bahasa Mandarin didefinisikan sebagai "uang yang dibungkus dalam kemasan merah, sebagai hadiah, bonus" 

     Hong memiliki arti "merah, populer, revolusioner, bonus" 

     Bao memiliki arti "menutupi, membungkus, memegang, memasukkan, mengurusi, kemasan, pembungkus, tas, bungkusan" 

     Ang Pau umumnya muncul pada saat ada pertemuan masyarakat atau keluarga seperti pernikahan, ulang tahun, hari raya Imlek, memberi bonus kepada pemain barongsai, beramal kepada guru religi atau tempat ibadah. 

     Pada pesta pernikahan, pasangan yang menikah biasanya diberi Ang Pau oleh anggota keluarga yang lebih tua dan para undangan. 

     Ang Pau melambangkan kegembiraan dan semangat yang akan membawa nasib baik. Warna merah Ang Pau melambangkan ungkapan semoga beruntung dan mengusir energi negatif. Oleh sebab itu, Ang Pau tidak diberikan sebagai ungkapan belasungkawa karena akan dianggap si pemberi bersukacita atas musibah yang terjadi di keluarga tersebut. 

     Para pemberi Ang Pau biasanya adalah pasangan yang sudah menikah, sementara penerimanya adalah orang yang belum menikah atau anak kecil.

     Beberapa orang memberi uang dalam bentuk koin atau berupa lembaran dalam jumlah banyak supaya penerima tidak bisa memperkirakan jumlah uang yang ia terima. Masyarakat biasanya juga melarang anak-anak untuk membuka Ang Pau pada saat masih berkumpul supaya tidak terjadi kecanggungan di antara para pemberi Ang Pao. Jumlah uang yang ada dalam Ang Pau bervariasi. 

     Untuk perhelatan yang bersifat suka cita biasanya besarnya dalam angka genap, angka ganjil untuk kematian. 

     Menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa, angka ganjil dihubungkan dengan pemakaman, dan angka "empat" dihubungkan dengan kata "mati" 

     Pada wilayah tertentu di China, masyarakat biasanya memberikan nominal ganjil kepada pasangan yang menikah sebagai lambang angka ganjil tidak dapat dibagi lagi. 

Dalam pernikahan, pemberi Ang Pao memperkirakan nominal yang ia berikan, apakah dapat menutupi biaya yang dikeluarkan oleh pasangan menikah untuk menjamunya. Selain itu, nominal yang digunakan terkadang juga menunjukkan ungkapan selamat si pemberi kepada pasangan menikah, misalnya $288 (2 melambangkan pasangan dan 88 melambangkan shuangxi atau kebahagiaan berganda) dan $388 (3 melambangkan pasangan segera dianugerahi keturunan) Karena angka 8 melambangkan kekayaan, biasanya orang berusaha memberi uang dalam Ang Pao dengan nominal 8. 


     Pada masa Dinasti Qin, orang-orang tua biasa mengikat uang koin dengan benang merah. Uang itu disebut "yasui qianyang berarti "uang pengusir roh jahat" dipercaya dapat melindungi orang-orang tua dari penyakit dan kematian. 

     Yasui Qian kemudian digantikan amplop merah semenjak bangsa China menemukan metode printing. 

     Masyarakat Vietnam menyebut angpau sebagai "li xi" atau "phong bao mung tuoi (amplop tahun baru) 

     Masyarakat Thailand menyebutnya "ang pow" atau "tae ea" 

     Myanmar menyebutnya "an-pao"  

Di Filipina disebut "ang paw" atau "ampaw" 

Beberapa penduduk pribumi Filipina telah mengadopsi kebudayaan tersebut untuk ulang tahun, dan memberi pada saat perayaan Natal

     Masyarakat Korea Selatan menggunakan amplop putih yang disebut "sae bae don" 

     Di Jepang, pemberian uang yang disebut "otoshidama" diberikan kepada anak-anak oleh seluruh kerabatnya pada saat perayaan tahun baru Jepang. Namun, amplop yang digunakan berwarna putih dan ditulisi nama orang yang menerima. Mirip seperti "Shugi-bukuro" digunakan dalam pesta pernikahan, tetapi amplopnya dilipat bukan di lem serta dihiasi oleh pita. 

     Di Malaysia, tradisi ini kurang populer di wilayah Semenanjung Malaysia, tetapi sangat populer di Sabah. Warga Tionghoa di Sabah, memberi ang pao kepada cucu, rekan karib, murid dan tetangga mereka, atau digunakan untuk mengemas dana yang dimasukkan ke dalam kotak-kotak dana di klenteng

Warga muslim di MalaysiaBrunei, dan Singapura, telah mengadopsi kebudayaan ini sebagai bagian dari Idul Fitri ataupun pernikahan. 

Namun mereka tidak menggunakan ang pau berwarna merah, melainkan amplop dengan warna hijau. Warna hijau merupakan warna tradisional yang digunakan oleh Islam, dan adaptasi tersebut didasarkan pada tradisi sodaqoh. Sodaqoh bersifat tidak formal dibandingkan zakat, dan dalam berbagai kebudayaan lebih mendekati pemberian di antara teman, dibandingkan beramal yang lebih ditetapkan untuk orang yang membutuhkan

No comments:

Post a Comment