Tanah liat yang halus dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan.
Setelah dikeringkan, karya tersebut diletakkan di dalam tungku atau diatas api terbuka (api unggun) lalu dibakar.
Temperatur pembakaran sekitar 1000° C. Kandungan besi yang terdapat pada tanah liat membuat karya tersebut berwarna kuning, oranye, merah, merah jambu, abu-abu atau cokelat.
Terakota yang dibakar tidak menjadikannya tahan air. Tetapi penggosokan pada permukaan sebelum dibakar dapat mengurangi tingkat penyerapannya dan terakota tersebut dapat ditambah dengan glasir untuk membuatnya menjadi kedap air. Hasilnya cocok digunakan untuk membawa air, untuk peralatan perkebunan atau dekorasi bangunan di lingkungan tropis dan untuk wadah penyimpan minyak, lampu minyak atau oven.
Kebanyakan penggunaan lainnya adalah untuk peralatan makan dan minum, pipa saluran air atau dekorasi bangunan di lingkungan dingin yang membutuhkan bahan-bahan yang diglasir. Terakota jika tidak retak akan berdenging jika dipukul perlahan. Beberapa terakota dibentuk dari dasar yang ditambahkan terakota yang didaur ulang.
Terakota digunakan di sepanjang masa untuk memahat dan membuat wadah dan juga untuk membuat bata dan genteng.
Pada zaman dahulu, patung tanah liat yang pertama dikeringkan di bawah sinar matahari setelah dibentuk. Kemudian patung tersebut diletakkan di abu dari api unggun untuk memperkeras dan akhirnya mempergunakan tungku seperti yang digunakan pada tembikar pada saat ini. Namun hanya setelah pembakaran menggunakan suhu yang tinggi, bahan ini dapat digolongkan menjadi materi keramik.
Arca terakota kasar ditemukan oleh para arkeolog pada ekskavasi Mahenjo daro dan Harappa yang merupakan dua situs perkotaan besar pada periode Lembah sungai indus (3000 - 1500 SM) di daerah yang sekarang merupakan bagian dari Pakistan.
Termasuk dalam benda yang ditemukan diantaranya adalah batu berbentuk phallus yang memberi kesan bahwa terdapat pemujaan terhadap dewa atau dewi kesuburan dan kepercayaan terhadap Dewi Ibu.
Patung masa pra kolonial Afrika Barat juga terbuat dari terakota. Daerah ini merupakan daerah yang paling terkenal di dunia untuk produksi seni terakota, termasuk diantaranya budaya Nok dari Nigeria tengah dan utara, kebudayaan Benin di bagian barat dan selatan Nigeria, kebudayaan igbo di daerah timur Nigeria.
Dalam ilmu kimia, keping-keping/lembaran terakota digunakan sebagai katalis heterogen untuk memutus alkana rantai-panjang. Proses ini berguna untuk mendapatkan produk-produk yang lebih berguna seperti bensin atau petrol dari bahan yang kurang berguna semisal alkana rantai panjang berkekentalan tinggi.
Dibandingkan dengan pemahatan dalam perunggu, terakota memakai cara yang jauh lebih sederhana untuk menghasilkan karya dengan biaya yang jauh lebih rendah. Teknik penggunaan cetakan yang dipakai kembali dapat dipergunakan untuk rangkaian kegiatan produksi. Jika dibandingkan dengan patung marmer dan hasil karya batu lainnya, hasil karya yang telah selesai, jauh lebih ringan dan dapat diglasir untuk menghasilkan produk dengan warna atau ketahanan yag lebih baik.
Warna terakota adalah antara jingga dan coklat.
No comments:
Post a Comment