Monday, August 31, 2020

masturbasi

MASTURBASI

Dalam obrolan malam ini dengan tim Pameran Toponimi "Wall of Frame" Sejarah Betawi Pasar Seni Ancol soal budaya Betawi di salah satu angkringan PSA, tiba-tiba terlontar kata "masturbasi" dari mulut Pak Candriyan Attahiyat.  Beliau adalah editor sekaigus pimpinan tim penulis dalam pameran toponimi.

Masturbasi alias onani alias merancap artimya memuaskan nafsu (syahwat) dengan anggota tubuh sendiri. Biasanya tangan. Anak abg dalam bahasa yang sopan menyebutnya "asyik sendiri".

Lantas, apa hubungan antara masturbasi dengan budaya Betawi? 

Beliau menjelaskan, selama ini orang Betawi kalau bikin kegiatan kebetawian, sasarannya adalah orang Betawi sendiri. Hampir 99 persen undangan yang dikirim adalah buat warga Betawi sendiri. Hanya 1 persen yang ditujukan keluar orang Betawi. Itu pun kalau ingat. 
Nah, itulah yang beliau maksud dengan masturbasi Betawi. "Asyik sendiri memperkenalkan budaya dewek ke bangsa sendiri". Dengan kata lain seturu-turu aja tanpa mau mengajak etnik lain mengenal budaya luhur Betawi.

Lihat saja, ketika sebuah komunitas maen pukulan Betawi bikin acara, ya yang datang adalah sesama penggiat silat Betawi dari berbagai perguruan. Dan masih banyak lagi.

Nah, ini harus jadi bahan renungan bagi para penggiat seni budaya Betawi. Jika ingin memperkenalkan budaya kita, ya kenalkanlah kepada orang lain yang bukan satu etnik juga, bukan hanya komunitas sendiri. Biar mereka mempelajari dan mengetahui bagaimana budaya orang Betawi sesungguhnya. Agar tak ada pandangan negatif tentang orang Betawi seperti yang sering kita dengar.

So, yuk jangan "asyik sendiri".

Ancol, 31 Agustus 2018
#catatandaripameran
#wallofframebetawi

Friday, August 28, 2020

marjinal

(MARJINAL - RENCONG MARENCONG) 
Hei bagaimana kabar kawan-kawan
Apakah baik kondisimu disana
Kami disini sedang bernyanyi kawan
Akan senandung lagu rindu tentang kamu
Yang ada di timur, bagaimana kabarmu
Yang ada di barat, bagaimana kabarmu
Yang ada di utara, bagaimana kabarmu
Yang ada di selatan, bagaimana kabarmu
Yang ada di gunung, bagaimana kabarmu
Yang di sebrang lautan, bagaimana kabarmu
Yang di kota-kota, bagaimana kabarmu
Yang di desa-desa, bagaimana kabarmu
Yang dibalik tembok, bagaimana kabarmu
Yang dikolong jembatan, bagaimana kabarmu
Yang dipasar-pasar, bagaimana kabarmu
Yang dijalan-jalan, bagaimana kabarmu
Yang tersapu badai, bagaimana kabarmu
Yang terbakar matahari, bagaimana kabarmu
Yang terbujur sakit, bagaimana kabarmu
Yang berselimut dingin, bagaimana kabarmu
Kurindukan selalu untuk dirimu
Semoga kau disana bersahaja slalu

marencong

di acara musik tvone seorang musisi menyamakan Ma'rencong-rencong dengan rencong aceh, padahal kedua kata itu berbeda. 
rencong aceh itu senjata khas aceh, sedang ma'rencong-rencong itu berarti dolanan
atau bermain-main,seperti syair lagu makassar berbunyi "battu rate ma' ribulang ma'rencong-rencong"
(saya telah ke bulan
ma'rencong-rencong atau bermain main)

lagu ini sering dijadikan bukti kalau yang orang pertama ke bulan itu orang
makassar.
banyak bilang ini bercanda tapi sejatinya tidak seperti itu karena
yang dimaksud pergi ke bulan itu melalui astral projection.
orang-orang pelaut
makassar jaman dahulu sering ritual astral projection ke bulan atau planet lain
bintang ketika berada ditengah laut mengisi waktu daripada sekedar menunggu kapal
nyandar dipantai yang bisa hingga berbulan-bulan lamanya.

rencong

(lagu daerah bugis makassar) 

BATTU RATEMA RIBULANG
MARENCONG-RENCONG

MA'RENCONG - RENCONG
MAKKUTA'NANG RIBINTOENG

APA KANANNA 
ATTUDENDANG BAULE

BUNTING LOMPOJAKO SALLANG, LONTAJA IJAMMENGJA

IA DENGDANGA DA'DUMBA, IA PARAMATA BENGKO'NA

IA DENGDANGA DA'DUMBA
GUNTURU'NAJI MALOMPO

MA'RENCONG - RENCONG, MA'RENCONG - RENCONG

KILA'NA MALLA'BANG LINO, BOSI SARRONA

ATTUDENDANG BAULE
TAMALLIANG TOMPO BANGKENG

MINGKA IJAIMMENGJA
IA DENGDANGA DA'DUMBA

IA DENGDANGA DA'DUMBA
IA PARAMATA BENGKO'NA

IA DENGDANGA DA'DUMBA

sejarah

Sejarah membuat manusia menjadi bijak, pujangga menjadi arif, matematikawan menjadi jeli, filsafat alam menjadi dalam, logika dan retorika menjadi mampu bersanding.

Thursday, August 27, 2020

guling

GULING
dalam bahasa Inggris sendiri, guling biasa disebut bolster serta sebuah sebutan yang unik yaitu Dutch wife atau jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia berarti istri Belanda. Dalam novel Jejak Langkah, melalui salah satu tokohnya, Pramoedya Ananta Toer mencoba menjelaskan asal mula guling melalui sebuah kelakar.

Diceritakan bahwa guling hanya akan ditemukan di wilayah Hindia Belanda saja. Penyebabnya adalah karena kedatangan orang Belanda dari Eropa ke wilayah ini. Karena tidak membawa perempuan dan terkenal pelit, akhirnya banyak orang Belanda yang tidak mau memelihara gundik dan sebagai gantinya mereka membuat guling sebagai teman tidur. Secara mengejutkan nama Dutch wife sendiri disebut diciptakan oleh Raffles ketika melihat kebiasaan orang-orang tersebut.

Guling yang kita kenal saat ini memang lahir dari kebudayaan Indis atau Hindia Belanda pada sekitar abad 18 hingga 19. Munculnya guling ini merupakan perpaduan antara kebudayaan Eropa, Indonesia, dan China yang memang sering terjadi pada kaum Indis pada masa itu. Kebiasaan itu pada awalnya merupakan hal yang dilakukan oleh kaum kelas atas namun akhirnya menyebar dan banyak dilakukan oleh masyarakat umum.

Bentuk guling yang memanjang sebenarnya berasal dari guling yang sudah ada pada beberapa budaya Asia timur. Di China benda ini disebut sebagai zhufuren, di Korea benda ini dinamai jukbuin, dan di Jepang dikenal istilah chikufujin. Semuanya mengacu pada guling dengan bentuk memanjang hanya saja terbuat dari bambu.

Masuknya budaya China ke wilayah Nusantara dan kemudian munculnya penjajahan telah membuat guling yang sebelumnya tidak begitu terkenal menjadi banyak digunakan oleh orang Belanda hingga akhirnya ditiru banyak orang. Saat ini guling adalah teman tidur paling populer bagi banyak orang di Indonesia

Tuesday, August 25, 2020

titik ws

Titiek W.S. (1939—...) Pengarang Titiek W.S. lahir di Pekalongan pada tahun 1939. Orang tuanya bernama R. Kadis Wiryo Sudiro, seorang guru. Nama lengkapnya adalah Oemi Arwati Wiryo Sudiro. Dia sebenarnya ingin mengikuti jejak ayahnya menjadi guru. Akan tetapi, nasib menjadi lain. Sejak kecil ia sudah mempunyai kegemaran membaca. Inilah bakat yang semestinya dipupuk. Setelah menamatkan sekolah dasar pada tahun 1953, ia lalu melanjutkan ke SMP tamat tahun 1956 dan tamat SMA tahun 1959 di Pekalongan. Setamat dari SMA Titiek W.S. melanjutkan kuliah di Jurusan Bahasa Inggris, FKSS, IKIP Negeri Yogyakarta lulus sarjana muda tahun 1963 dan menyelesaikan sarjananya pada tahun 1966. Kegemarannya membaca kian bertambah sehingga keinginan menulis semakin membara. Cita-citanya menjadi seorang guru ternyata luntur. Ia menjadi wartawan dan pengarang. Menurut Titiek pekerjaan mengarang sama saja dengan pekerjaan sebagai guru karena dalam menulis unsur-unsur mendidik tak pernah ditinggalkan. Sebagai penulis, Titiek W.S. tidak hanya menulis artikel tetapi juga menerjemahkan artikel-artikel lalu disebarkan ke berbagai media masa. Selain itu, ia juga menulis artikel-artikel tentang pendidikan, kewanitaan, dan sosial. Titiek W.S. pertama kali menulis jenis esai dan artikel-artikel tentang kebudayaan di majalah Djaya, Pos Minggu, dan Terang Bulan. Setelah lulus dari Jurusan Bahasa Inggris, FKSS, IKIP Negeri Yogyakarta, ia lalu hijrah ke Jakarta. Di Jakarta inilah ia mendapat dorongan untuk belajar menulis lebih giat lagi oleh sahabatnya, yaitu Purnawan Tjondronagoro yang kemudian menjadi suaminya. Di samping itu, ada orang yang sangat berjasa bagi Titiek W.S. dalam proses kreatifnya sebagai pengarang adalah Dr. K.H. Lendon. Setelah cukup lama belajar menulis artikel, Titiek W.S. mulai menerjemahkan karya-karya, seperti cerpen dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Sebagai penulis, ia menyenangi sastrawan kelas internasional, seperti George Bernard Shaw, sedangkan orang pertama yang memberikan peluang untuk mengembangkan dirinya sebagai penulis adalah Syamsuddin Lubis dari majalah Selecta. Di sinilah Titiek W.S. lalu bekerja sebagai wartawan. Setelah selama belasan tahun sibuk dalam kegiatan menulis cerpen dan novel serta menjadi wartawan semi free lance di majalah-majalah yang tergabung dalam Selecta Group, kini ia juga mengasuh majalah wanita Sarinah sebagai wakil Manajer Editor. Bahkan, noveletnya yang dimuat dalam majalah ini telah dibukukan dengan judul Mutiara Hitam dan Empat Novelet Lain, Jakarta, Yayasan Pengarang Indonesia Aksara, 1985. Novelet ini diilhami kehidupan di cam perminyakan Caltex Provinsi Riau. Tulisan Titiek W.S. yang pertama berupa biografi, yaitu biografi Prof. Iwa Kusuma Sumantri berjudul "Perjalanan Hidup Seorang Perintis Kemerdekaan". Akan tetapi, biografi ini tidak terbit di Indonesia padahal cukup penting karena berhubungan dengan sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, melainkan diterbitkan oleh Badan Penerbitan Universitas Washeda Jepang dengan bahasa dan huruf Jepang. Sebagai penulis, Titiek W.S. menyenangi novel-novel karya Pramudya Ananta Toer dan untuk puisi karya-karya W.S. Rendra dan Toto Sudarto Bachtiar. Sebagai ibu rumah tangga dan sebagai wartawan, Titiek W.S. tetap meluangkan waktu menulis setiap pagi sehabis subuh. Meskipun sibuk sebagai istri dan ibu rumah tangga dengan empat anak, seorang laki-laki dan tiga perempuan, Titiek W.S. telah mengambil keputusan untuk menjadi wanita dengan peran ganda. Bahkan, ia sanggup menulis sebanyak tujuh sampai delapan artikel untuk majalah Selecta tempat ia bekerja. Walaupun penghasilan sebagai penulis tidak cukup untuk menghidupi keluarganya, Titiek W.S. tetap menulis terus. Bahkan, ia bertekad tidak akan berhenti menulis karena melihat penderitaan orang sudah terlalu banyak. Novel pertamanya berjudul Lelaki terbit tahun 1977 mengungkapkan kritikan yang sangat keras untuk kaum berduit yang munafik dan pura-pura menjadi pembesar yang alim. Padahal, kaum berduit itu pecinta "daun muda". Cara berceritanya lancar dan temanya cukup berat tetapi Titiek W.S. bercerita dengan gaya yang membuat isi novel itu terasa ringan. Bahasanya mudah dipahami pembaca. Setelah muncul novel Lelaki, Titiek W.S. terus produktif menulis sehingga lahirlah karya-karyanya, seperti Kubikin Dia Cemburu, Orang Ketiga, Perempuan, Gelas Retak, dan karya-karya lain, baik yang sudah dibukukan maupun yang dimuat di berbagai media massa. Sebagai penulis, menurut pengakuannya, ia tak bisa melepaskan diri dari manusia dan lingkungan, baik itu karyanya yang berbentuk novel, cerpen, esai, atau laporan-laporan jurnalistiknya. Oleh karena menurut Titiek W.S. menulis merupakan ekspresi diri sehingga dalam karya-karyanya tidak hanya mementingkan aspek keindahan, tetapi lebih mengutamakan pada persepsi dan misi, seperti tentang moral, pendidikan, tradisi, religi, sosial, dan lain-lainnya. Dalam pandangan Titiek W.S., pengarang hanya berkewajiban berkarya karena ia bukan kritikus dan tidak perlu mencampuri urusan kritikus yang memang berkewajiban mengeritik termasuk menilai suatu karya itu pop atau karya itu sebagai karya sastra. Menurut pengamatan Titiek W.S. selama ini para kritikus yang sering mengadili karya pengarang wanita justru dari kaum pria. Hal ini bukan berarti tidak baik atau salah, tetapi bila karya pengarang wanita dikritik oleh kritikus wanita tentu akan menghasilkan suatu dimensi lain. Dalam mengemban tugasnya, pengarang wanita melalui karya-karyanya ikut bertanggung jawab memberikan pilihan terbaik sebagai jalan keluar terutama yang menyangkut persoalan wanita Indonesia dalam tatanan masyarakat yang sedang berkembang. Karya-karya terjemahan Titiek W.S., antara lain, Demi Cintaku diterbitkan oleh Penerbit Rose. Buku saku ini diterjemahkan dari Called Back karya Hugh Conway dan Bandit-Bandit Komunis diterbitkan oleh PT. Kinta. Buku saku ini diterjemahkan dari The Runaways karya Robert Mirvish. Cerpennya yang berjudul "Suara dari Rumah" dimuat dalam Pelita, 28 Agustus 1986. Karya yang lain "Sex dalam Lingkungannya Dunia Remaja", dimuat dalam Berita Yudha, 17 September 1970. Hak Cipta © 2020 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Sumber: http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Titiek_W_S | Ensiklopedia Sastra Indonesia - Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Sunday, August 23, 2020

putu


10 Nama Makanan Indonesia yang Ternyata dari Singkatan, Sudah Tahu?

Unik-unik ya nama makanan Indonesia

10 Nama Makanan Indonesia yang Ternyata dari Singkatan, Sudah Tahu?instagram.com/cien_kitchen

Ada banyak jenis makanan di Indonesia. Apalagi tersebar di berbagai daerah Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Nama-nama makanan Indonesia pun cukup unik.

Ada beberapa jenis makanan yang namanya ternyata merupakan singkatan. Mungkin banyak yang belum tahu kepanjangannya. Apa saja sih?

1. Putu singkatan dari pencari uang tenaga uap. Berasal dari cara membuatnya dengan mengukus kue di atas uap

instagram.com/1001kulinersemaranginstagram.com/1001kulinersemarang

2. Colenak artinya dicocol enak. Namanya berasal dari cara memakannya yang dicocol dengan gula jawa cair

instagram.com/desip_lestariinstagram.com/desip_lestari

3. Batagor khas Bandung pun ternyata singkatan dari baso tahu goreng. Biasanya, disajikan bersama campuran saus kacang dan kecap manis

instagram.com/the.lucky.bellyinstagram.com/the.lucky.belly

4. Cireng pun dikenal sebagai camilan khas Bandung yang lezat. Berasal dari kata aci digoreng yang berarti tepung kanji goreng

instagram.com/hey.cirenginstagram.com/hey.cireng

5. Perkedel terinspirasi dari makanan khas Belanda yang dikenal sebagai frikadel. Ternyata, perkedel singkatan dari persatuan kentang dan telur

instagram.com/dhinilarasatiinstagram.com/dhinilarasati

Baca Juga: Hobi Bersepeda? Ini 5 Makanan dan Minuman yang Mempercepat Pemulihan

logo_idnillust

Semua berita yang kamu suka #AdadiIDN

Baca berita sesuai topik yang kamu pilih dan
lebih nyaman di IDN app

Download Yuk!

6. Kepanjangan cuanki pun gak kalah unik, yaitu cari uang jalan kaki. Namanya berasal dari para penjual yang berjualan dengan jalan kaki

instagram.com/cuanki_mamiinstagram.com/cuanki_mami

Baca Juga: 10 Reaksi Artis Korea Makan Makanan Indonesia, Langsung Jatuh Cinta!

7. Cilok terbuat dari aci atau tepung kanji yang ditusuk, lalu diberikan bumbu. Ternyata, cilok merupakan singkatan dari aci dicolok, lho!

instagram.com/satetaichan24instagram.com/satetaichan24

8. Gehu menjadi camilan tahu goreng yang diisi taoge. Gak heran kalau gehu adalah singkatan dari taoge tahu

instagram.com/fairyfoodiesinstagram.com/fairyfoodies

9. Ketoprak bisa kamu temukan di sekitar daerah Jakarta. Uniknya, ketoprak ternyata singkatan dari ketupat dan taoge digeprak

instagram.com/molentaiwaninstagram.com/molentaiwan

10. Comro alias oncom di jero (di dalam) terbuat dari parutan singkong yang dibentuk bulatan, lalu diisi campuran sambal oncom dan cabai

instagram.com/aaheriinstagram.com/aaheri

Nah, memang unik-unik ya kuliner Indonesia. Apalagi namanya. Kamu tahu ada yang lain gak?

Download aplikasi resep masakan Yummy App untuk mendapatkan beragam referensi bahan makanan dan masakan sesuai dengan selera kamu, lengkap dengan cara memasaknya hanya di Google Play Store dan App Store.

Baca Juga: 10 Makanan Paling Pedas di Dunia, Indonesia Nomor Satu Lho!

BERITA TERKINI LAINNYA